Sabtu, 22 Mei 2010

Kearifan Lokal Masyarakat Adat (Tau Taa Wana) Di Sulawesi Tengah

Abstrak : Kelompok masyarakat yang berbentuk paguyuban masih terikat dengan tatanan hukum adat, adat istiadat, dan kepemimpinan lembaga adat, memiliki wilayah hukum adat serta memiliki hubungan lahiriah dan bathiniah dengan wilayah hukum adatnya. Opot adalah satuan mukim masyarakat hukum adat Tau Taa Wana yang berbentuk persekutuan kecil dan Lipu adalah satuan mukim masyarakat hukum adat Tau Taa Wana yang berbentuk persekutuan besar atau persekutuan setingkat kampung. Pemukiman masyarakat hukum adat Tau Taa Wana menyebar dibagian hulu Sungai Bongka dan hulu Sungai Salato yang terletak di bagian timur Propinsi Sulawesi Tengah, tepatnya berada di antara Pegunungan Balingara, Batui dan Pompongeo. Wilayah mukim tersebut melintasi 3 (tiga) wilayah administrasi kabupaten, yakni Kabupaten Tojo Una-una, Kabupaten Morowali, dan Kabupaten Banggai. Keberadaan masyarakat Hukum Adat Tau Taa Wana di kawasan tersebut, telah berlangsung secara turun temurun jauh sebelum terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Mereka percaya bahwa wilayah tersebut adalah "Tana nTau Tua" (tanah leluhur) yang dibuktikan dengan adanya artefak-artefak kuno peninggalan leluhur pada tempat-tempat tertentu yang dikeramatkan sebagai "Pangale Kapali" (hutan larangan). Sebagai komunitas yang secara turun temurun bermukim di dalam kawasan hutan, sudah tentu keberlanjutan kehidupan masyarakat hukum adat Tau Taa Wana amat bergantung pada kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hutan, baik material maupun kultural. Secara material kebutuhan pangan, sandang, papan, obat-obatan, sarana produksi pertanian, bahan bakar, peralatan rumah tangga, maupun peralatan ritual diperoleh dari sumber daya hutan yang menjadi kekayaan wilayah hukum adatnya. Sedangkan secara kultural, hutan merupakan faktor pembangunan struktur kebudayaan masyarakat hukum adat Tau Taa Wana.
Adat istiadat dan kearifan lokal pengelolaan sumber daya hutan yang diterapkan oleh masyarakat hukum adat Tau Taa Wana secara turun temurun, terbukti mampu mendatangkan keadilan dan kelestarian lingkungan, sehingga sesungguhnya merupakan modal sosial yang amat bermanfaat bagi pembangunan yang berkelanjutan. Namun dengan semakin maraknya kepentingan luar melangsungkan pengelolaan sumber daya alam di dalam dan di sekitar wilayah hukum adat Tau Taa Wana yang lebih mengutamakan pengerukan, dikhawatirkan akan mengancam keberlanjutan kehidupan masyarakat hukum adat Tau Taa Wana.

Untuk menyelamatkan keberlanjutan kehidupan hukum adat Tau Taa Wana dan kelestarian lingkungan wilayah masyarakat hukum adat Taa Wana, sera tata nilai dan/atau norma-norma adat istiadat dan lembaga adat, serta kearifan-kearifan lokal yang merupakan warisan leluhur komunitas masyarakat hukum adat Tau Taa Wana, maka dipandang perlu segera menetapkan Peraturan Daerah tentang Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat Tau Taa Wana.

Jumat, 21 Mei 2010

Ketika Al Qur’an Curhat


SEKIRANYA Al Qur’an punya hati dan mulut untuk bicara, apakah yang anda bayangkan terhadapnya? Setiap orang pasti punya imajinasi yang berbeda. Terinspirasi dengan tulisan imajinatif di internet, saya membayangkan bahwa dia (Al Qur’an) akan banyak menuangkan curahan hati (curhat) kepada manusia. Isi curhatnya, kira-kira begini:

Wahai manusia, waktu engkau masih kanak-kanak, betapa sayangnya kau padaku. Kau selalu dalam keadaan suci jika hendak menyentuhku. Setiap hari, kau pelajari diriku dengan hikmad, dan engkau baca dengan suara lirih. Sesekali suaramu keras tapi alunanya merdu. Setelah usai kau tak pernah lupa menciumku dengan mesra sekali.

Sekarang kau telah dewasa. Nampaknya kau sudah tak berminat lagi padaku. Mengapa? Apakah aku telah kau anggap sebagai catatan usang yang hanya pantas dibaca anak kecil?

Sekarang Engkau menyimpanku dengan rapi sekali. Kau pendamkan aku dalam laci atau di atas lemari. Yah! Kini aku lebih banyak kau singkirkan. Lebih banyak kau biarkan dalam kesendirian hingga kesepian. Sampai-sampai engkau sering lupa di tempat mana kau menyimpanku.

Seingatku, dalam setahun hanya di bulan ramadhan engkau membacaku. Itupun hanya sesekali. Kadang aku kau anggap sebagai perhiasan rumahmu. Dan ketika engkau nikah, aku kau jadikan mas kawin agar engkau di anggap orang taqwa. Kalau pun engkau membawaku bersamamu, itu karena kau mau menjadikanku sebagai penangkal hantu dan syetan.

Dulu ketika kau masih bergelimang dalam kemiskinan, engkau rajin sekali membacaku. Pagi-pagi, surah-surahku sudah kau baca beberapa halaman. Sore hari menjelang maghrib sering kali kau membaca aku beramai-ramai bersama teman-temanmu di Mushalla atau Surau.

Sekarang, ketika derajatnmu menjadi kaum berpunya, kau mengabaikanku. Setiap pagi, kau lebih suka nonton berita pagi di TV sambil menyerup kopi panas. Ketika berangkat kerja, kau sudah lupa pembuka surahku (Basmalah). Bahkan diperjalanan, kau lebih asyik menikmati musik pop, dangdut atau rock. Tak ada kaset berisi ayat-ayatku di laci mobilmu.

Di komputer kerjamu pun kau lebih senang memutar musik favoritmu. Jarang sekali kau melantunkan ayat-ayatku. Ketika kau sedang rapat dan ayat-ayatku melantun dari toa masjid di dekat kerjamu, kau malah menutup jendela ruang rapatmu. Kau menganggapku sebagai pengganggu rapatmu. Kau benar-benar telah melupakanku!

Sungguh, aku tidak melarangmu menonton berita pagi di TV atau melarang mendengar musik favoritmu. Aku juga tidak bermaksud melarangmu mengakrabi urusan dunia-duniamu, bukankah Rasulullah memang mengatakan, “kejarlah duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya.” Tapi engkau baca jugalah aku di antara kesibukan duniamu, sebab Rasulullah juga menegaskan, “kejarlah akhiratmu seakan-akan engkau mati besok”.

Wahai manusia, dengan mengatakan itu, aku tidak bermaksud mengiklankan diriku padamu, seperti buku-buku populer di toko-toko. Sunguh, jika engkau rajin membaca dan menghayati surah-surahku, aku berjanji, di alam kubur nanti aku akan datang sebagai pemuda yang gagah nan tampan, yang akan membantu engkau membela diri. Ini bukan janji politisi yang kerap kali ingkar.

Kalau masih tak percaya, dengarlah perintah Rasulullah, “Bacalah kalian Alqur’an, maka sesungguhnya Alqur’an akan datang pada hari kiamat untuk memberikan syafaat (sebagai pembela) pada orang yang mempelajari dan mentaatinya.” Wallahul Musta’an.***

Kamis, 20 Mei 2010

N I K A H

Nikah itu Ibadah ……… Nikah itu Suci ………
Memang Nikah itu bisa karena harta,
bisa karena kecantikan,
bisa karena keturunan dan
bisa karena agama
Jangan engkau jadikan harta,
keturunan maupun
kecantikan sebagai alasan ……
Karena semua itu akan menyebabkan celaka.
Jadikan agama sebagai alasan ……
Engkau akan mendapatkan kebahagiaan
Tidak dipungkiri bahwa
Keluarga terbentuk karena cinta ………
Namun …… jika cinta enkau jadikan
sebagai landasan utamanya,
maka …… Keluargamu akan rapuh,
akan mudah hancur.
Jadikanlah “Allah”
sebagai landasan utamanya ………
Niscaya Mawaddah (kasih)
Syakinah (Ketentraman)
dan Rahma (sayang) akan tercapai.

Cinta Sejati

PUJI syukur kepada Allah serta sholawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw. Nabi Muhammad pernah menegaskan “Jika sekiranya aku akan mengambil kekasih, niscaya aku akan memilih Abu Bakar sebagai kekasih” namun kekasih itu hanyalah Allah swt. Justru karena limpahan cinta Rasulullah saw., maka Baginda mampu mencintai seluruh umatnya.
Tulisan ini tujuanya khusus untuk remaja. Namun ia juga relevan untuk dipahami oleh ibu bapak mereka yang sering mengeluh, kenapa remaja hari ini begitu sulit mendengar kata, khususnya cinta.
Untuk membetulkan pandangan mereka tentang cinta, orang tua terlebih dahulu mesti mendapat pandangan yang tepat tentang cinta. Orang tua yang memiliki pendapat tentang cinta, maka remaja pun punya pendapat sendiri tentang cinta itu. Ingat, perbedaan seharusnya bukan untuk menuju pertentangan, asalkan kedua-duanya kembali kepada kebenaran Illahi Rabbi.
Kepada remaja pula, ingin saya berpesan: Anda perlu menghormati pandangan ibu bapak Anda. Mereka memiliki kelebihan dibanding Anda. Apa kelebihannya ? mereka pernah muda, sedangakan Anda belum pernah tua.
Pahami perasaan yang berada di lubuk jiwa mereka. Walaupun mungkin mereka dulunya sering juga salah dalam cinta, tapi mereka tidak pernah mau dan membiarkan anak-anak mereka terjatuh ke dalam lumpur yang mungkin pernah mereka terperosok di dalamnya. Tegakah hati kita melihat anak yang ditimang selama ini dilarikan cinta yang menggila ?
Pahami bahasa orang tua dalam marahnya. Selama rasa orang tua dalam rajuknya. Jika cintamu terhalang oleh mereka, ketahuilah di balik halangan itu adalah cinta jua. Jangan mengalah jika cintamu benar, tetapi perjuangkanlah cinta itu dengan cara yang benar pula. Tetapi jika sudah terasa cintamu salah, mengalahlah. Tidak akan kalah dengan mengalah, bahkan mengalah pada kebenaran, itulah kemenangan yang sebenarnya. Anakku, jangan sampai cintamu itu memisahkan, karena cinta yang sebenarnya akan senantisa mempertemukan.
Kita berbicara tentang jurang digital antara generasi, tetapi itu tidak relevan dalam menyatakan soal cinta yang suci . . . karena cinta dulu, kini dan selamanya adalah soal rasa yang kekal dan mutlak pada prinsip dan asanya. Cinta akan menjadikan yang tua terasa muda, cinta bisa memberikan tenaga dan energi luar biasa yang menggerakkan kemauan yang tiada taranya. Bila mau, seribu daya. Bila hendak, sejuta cara. Jika tepat pada masa, ketika, keadaan dan siapa, cinta adalah kuasa luar biasa yang tiada bandingannya.
Kepada remaja, ibu bapak dan siapa saja yang membaca tulisan ini. . . . . Kenali cinta kemudian cintailah cinta.
Jika seseorang itu sering jatuh cinta, artinya dia belum berhasil mencintai diri sendiri. Kita tidak boleh mencintai orang lain sebelum mencintai diri sendiri. Dan kita tidak boleh mencintai diri sendiri, sebelum mencintai Allah swt., “Ya Allah berikanlah cinta-Mu kepadaku, jadikanlah orang yang mencintai-Mu mencinai aku, dan jadikanlah aku mencintai segala sesuatu yang membawa kepada kecintaan-Mu”. Amiin yaa rabbal ‘alamin.***


Hadits riwayat Abu Musa ra., ia berkata: Aku menemui Nabi saw. Bersama dua orang lelaki anak pamanku. Seorang dari keduanya berkata: Wahai Rasulullah, angkatlah kami sebagai pemimpin atas sebagian wilayah kekuasaanmu yang telah diberikan Allah azza wa jalla! Yang satu lagi juga berkata seperti itu. Lalu Rasulullah saw., bersabda: Demi Allah, kami tidak mengangkat seorang pun yang meminta sebagai pemimpin atas tugas ini dan tidak juga seorang yang berambisi memperolehnya.***

Ketika Cinta Sudah Terpatri

Cinta itu laksana pohon di dalam hati. Akarnya adalah ketundukan kepada kekasih yang dicintai, dahanya adalah mengetahuinya, rantingnya adalah ketakutan kepadanya, daun-daunnya adalah malu kepadanya, buahnya adalah ketaatan kepadanya, dan air yang menghidupinya adalah menyebut namanya. Jika di dalam cinta ada satu bagian yang kosong berarti cinta itu berkurang.
Apabila Allah swt. Cinta kepada kita maka seluruh makhluk di langit dan di bumi akan mencintainya. Rasulullah saw bersabda: “Jika Allah swt., mencitai seorang hamba, maka Jibril berseru, ”Sesungguhnya Allah s.w.t. mencintai Fulan, maka cintailah dia!” Maka para penghuni langit mencintainya, kemudian dijadikan orang-orang yang menyambutnya di muka bumi.” (HR.Bukhari-Muslim).
Dalam Sunan Abu Daud dari hadits Abu Dzar r.a., dia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Amal yang paling utama ialah mencintai karena Allah s.w.t. dan membenci karena Allah swt.”
Apabila seseorang itu mencintai sesuatu atau seseorang, maka sudah tentu ia akan senantiasa mengingatinya di hati atau menyebutnya dengan lidah. Lantaran itu, Allah swt. Memerintahkan hamba-hamba untuk segera mengingat-Nya dalam keadaan apa pun juga, susah maupun senang. “Katakanlah (Wahai Muhammad): ”Jika benar kamu mengasihi Allah maka ikutilah daku, niscaya Allah mengasihi kamu. Dan (ingatlah), Allah Maha Pengampun lagi Maha Mengasihi” (QS Ali Imran:31)
Di sinilah letaknya rahasia seseorang yang menggantungkan hatinya untuk senantiasa rindu dan cinta kepada Ka’bah serta mesjid-mesjid, sehingga mereka rela berkorban harta dan meninggalkan orang tersayang serta kampung halamannya, demi meneruskan perjalanan menuju tempat yang paling dicintainya. Perjalanan yang berat pun akan terasa ringan dan menyenangkan.
Itulah kemudian orang menunaikan ibadah haji di Tanah Suci Mekkah. Semua itu memang mereka sangat mencintai Allah, sehingga mau memenuhi panggilannya. Labbaik Allahumma Labbaik…..(Kami datang memenuhi panggilanMU ya Allah). Sekali lagi,ketika cinta sudah terpatri, segalanya akan kita lakukan untuk dapat yang kita cintai itu.
Siapa di antara kita yang lebih mementingkan orang yang dicintai itu, maka ia sanggup berkorban nyawa sekalipun, demi membuktikan kecintaanya itu kepada sang kekasih yang dicintainya. Lantaran itu, kedudukan iman seseorang masih belum dianggap mantap kecuali menjadikan Rasulullah s.a.w. sebagai orang yang paling mereka cintai, lebih besar dari cinta kepada anak dan seterusnya keluarga dan harta benda.
Sekali lagi, itulah yang terjadi saat ini. Jutaan bahkan miliaran umat Islam, sedang membuktikan cinta mereka dengan memenuhi panggilan Allah. Mereka menjadi tamu agung dari Allah swt. Mereka telah mengorbankan segala yangmereka miliki. Mengorbankan harta, berkorban dengan meninggalkan keluarga mereka, berkorban dengan meninggalkan sanak famili mereka. Demi membuktikan cinta kepada Allah swt.
Kepada mereka kita hanya bisa mendoakan, semoga mereka bisa bertemu dengan kekasihnya, yaitu Allah yang Maha Rahim, yang terjawantahkan dengan menjadi haji mabrur. Haji yang diterima Allah swt. Dengan begitu, sekembalinya mereka dari Tanah Suci, akan menjadi manusia yang kaffah. Kaffah dalam ibadah, kaffah dalam kehidupan sosial dan kaffah dalam segala hal. Semoga Allah swt meridhoi kita dan memberikan cinta sejati kita untuk bertemu dengan Yang Maha Terkasih, Allah Azaawjalla. Wallahulmusta’an.

MUTIARA HADITS
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: “barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia menyakiti tetangganya, Dan hendaklah engkau sekalian melaksanakan wasiatku untuk berbuat baik kepada para wanita. Sebab mereka itu diciptakan dari tulang rusuk dan tulang rusuk yang paling bengkok ialah yang Paling atas. Jika engkau meluruskan-nya berarti engkau mematahkannya dan jika engkau membiarkannya, ia tetap akan bengkok. Maka hendaklah kalian melaksanakan wasiatku untuk berbuat baik kepada wanita.” (Muttafaq Alaihi)

Nasehat Cinta

TIDAK dapat dielakkan lagi! Sudah jatuh cinta. Jadi bagaimana? Ya, remaja dan cinta-dua perkara yang bagaikan sudah menyatu. Kisah suka duka-duka cinta remaja sering menjadi ilham para penyair. Rasa itu diubah menjadi bait-bait lirik dan alunan pencipta lagu. Menjelma menjadi untaian kata para penyajak.
Habis segala ciptaan tuhan dijadikan untuk melukiskan metafora dan analogis. Embun, pelangi, salju, bulan dan bintang semuanya dijadikan lambang bagi memuja kekasih. Tidak percaya? Dengarlah lagu yang dialunkan melalui radio atau MP3. . . hampir 80 persen adalah lagu cinta.
Begitulah eratnya remaja dan cinta, hingga kita seolah-olah tidak dapat lagi membayangkan adanya hubungan remaja dengan yang lain, selain cinta. Seolah-olah remaja tidak ada hubungan dengan iman, remaja dengan perjuangan, remaja dengan dakwah, remaja dengan keusahawanan, remaja dengan kepemimpinan dan sebagainya. Yang ada hanya hubungan remaja dan cinta!.
Ya, perubahan biologi dan psikologi di alam remaja, menyebabakan mereka pengembara alam cinta yang serba baru dan indah. Terkadang rasa cinta berbutik melalui perkenalan dengan rekan sekelas, teman sepengajian, atau cinta pandangan pertama, sewaktu sama-sama menunggu angkutan umum, ketika hujan rintik-rintik. Aduh, romantisnya. Begitu yang selalu yang kita dengar ketika cinta pertama diungkapkan.
Ketika disebut cinta, terbayang Romeo yang sanggup mati karena Juliet, Cleopatra yang sanggup bunuh diri karena Mark Anthony, atau Qais yang sanggup menjadi majnun karena terpisah dengan Laila. Itulah deretan kisah cinta rekaan dan khayalan. Namun rilnya juga tidak kurang hebat. Banyak remaja yang sanggup meninggalkan ibu dan bapaknya karena mengikuti kekasih hati.
Kata pantun: “Nasi lemak buah bidara, sayang selasih hamba lurutkan, buang emak buang saudara, karena kasih hamba turutkan”. Malah ada yang sanggup menukarkan agama untuk memiliki cinta. Ah, manusia tanpa cinta, mungkin bagaikan bumi tanpa mentari. Kalau kita menonton film India . . . kadang-kadang cinta dinobatkan sebagai ‘Tuhan’. . .Segala-galanya karena cinta (Mere mohabbat he!)
Rasa cinta masuk kedalam jiwa tanpa diundang dan diminta. Keinginan itu tidak susah untuk dipelajari dan dicari. Lelaki inginkan cinta wanita dan begitulah sebaliknya. Walaupun kadang kala ia coba dilawan, namun rasa yang ajaib itu datang juga. Tidak kuasa hati menolaknya. Apalagi cinta itu disuburkan, maka makin subur dan menggila jadinya. Bila cinta mencekam diri, makan tak kenyang tidur tak lena.
Bijak pandai pernah mengingatkan, “Jangan diajak berbincang tiga golongan manusia. Pertama, yang sedang lapar, kedua yang sedang sakit dan ketiga sedang mabuk cinta.” Kenapa? Orang yang lapar hanya memikirkan perutnya. Orang yang sakit, sedang derita menanggung sakitnya, orang yang bercinta, hanya memikirkan orang yang dicintainya. Dia seolah-olah ‘mabuk’ dan sedang berada dialam yang lain.
Orang tampak dia tetapi dia tidak tampak orang . . ..Anda pernah bertemu dengan sepasang kekasih di stasiun kereta api atau bis atau di mana saja? Semua orang malu melihat gelagat keterlaluan mereka, tapi mereka tidak sadar diri.
Coba bayangkan . . .sedemikian indah dan damainya surga, namun Nabi Adam a.s., terasa begitu sepi dan inginkan teman. Lalu Allah swt., ciptakan Siti Hawa sebagai pasangan untuk dicintainya. Dan kita anak cucu pewaris rasa cinta itu, akan senantiasa rasa terpisah dan gelisah selagi tidak bersama dengan yang dicintai. “Rasa cinta pasti ada. . . pada makhluk yang bernyawa,” demikian kata dalam lirik lagu. Wallahul Musta’an

MUTIARA HADITS
Rasullah saw dari Nabi saw telah berkata:”Tidak sempurna iman seseorang diantaramu hingga mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri”. (Bukhari-muslim)