Kamis, 20 Mei 2010

Ketika Cinta Sudah Terpatri

Cinta itu laksana pohon di dalam hati. Akarnya adalah ketundukan kepada kekasih yang dicintai, dahanya adalah mengetahuinya, rantingnya adalah ketakutan kepadanya, daun-daunnya adalah malu kepadanya, buahnya adalah ketaatan kepadanya, dan air yang menghidupinya adalah menyebut namanya. Jika di dalam cinta ada satu bagian yang kosong berarti cinta itu berkurang.
Apabila Allah swt. Cinta kepada kita maka seluruh makhluk di langit dan di bumi akan mencintainya. Rasulullah saw bersabda: “Jika Allah swt., mencitai seorang hamba, maka Jibril berseru, ”Sesungguhnya Allah s.w.t. mencintai Fulan, maka cintailah dia!” Maka para penghuni langit mencintainya, kemudian dijadikan orang-orang yang menyambutnya di muka bumi.” (HR.Bukhari-Muslim).
Dalam Sunan Abu Daud dari hadits Abu Dzar r.a., dia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Amal yang paling utama ialah mencintai karena Allah s.w.t. dan membenci karena Allah swt.”
Apabila seseorang itu mencintai sesuatu atau seseorang, maka sudah tentu ia akan senantiasa mengingatinya di hati atau menyebutnya dengan lidah. Lantaran itu, Allah swt. Memerintahkan hamba-hamba untuk segera mengingat-Nya dalam keadaan apa pun juga, susah maupun senang. “Katakanlah (Wahai Muhammad): ”Jika benar kamu mengasihi Allah maka ikutilah daku, niscaya Allah mengasihi kamu. Dan (ingatlah), Allah Maha Pengampun lagi Maha Mengasihi” (QS Ali Imran:31)
Di sinilah letaknya rahasia seseorang yang menggantungkan hatinya untuk senantiasa rindu dan cinta kepada Ka’bah serta mesjid-mesjid, sehingga mereka rela berkorban harta dan meninggalkan orang tersayang serta kampung halamannya, demi meneruskan perjalanan menuju tempat yang paling dicintainya. Perjalanan yang berat pun akan terasa ringan dan menyenangkan.
Itulah kemudian orang menunaikan ibadah haji di Tanah Suci Mekkah. Semua itu memang mereka sangat mencintai Allah, sehingga mau memenuhi panggilannya. Labbaik Allahumma Labbaik…..(Kami datang memenuhi panggilanMU ya Allah). Sekali lagi,ketika cinta sudah terpatri, segalanya akan kita lakukan untuk dapat yang kita cintai itu.
Siapa di antara kita yang lebih mementingkan orang yang dicintai itu, maka ia sanggup berkorban nyawa sekalipun, demi membuktikan kecintaanya itu kepada sang kekasih yang dicintainya. Lantaran itu, kedudukan iman seseorang masih belum dianggap mantap kecuali menjadikan Rasulullah s.a.w. sebagai orang yang paling mereka cintai, lebih besar dari cinta kepada anak dan seterusnya keluarga dan harta benda.
Sekali lagi, itulah yang terjadi saat ini. Jutaan bahkan miliaran umat Islam, sedang membuktikan cinta mereka dengan memenuhi panggilan Allah. Mereka menjadi tamu agung dari Allah swt. Mereka telah mengorbankan segala yangmereka miliki. Mengorbankan harta, berkorban dengan meninggalkan keluarga mereka, berkorban dengan meninggalkan sanak famili mereka. Demi membuktikan cinta kepada Allah swt.
Kepada mereka kita hanya bisa mendoakan, semoga mereka bisa bertemu dengan kekasihnya, yaitu Allah yang Maha Rahim, yang terjawantahkan dengan menjadi haji mabrur. Haji yang diterima Allah swt. Dengan begitu, sekembalinya mereka dari Tanah Suci, akan menjadi manusia yang kaffah. Kaffah dalam ibadah, kaffah dalam kehidupan sosial dan kaffah dalam segala hal. Semoga Allah swt meridhoi kita dan memberikan cinta sejati kita untuk bertemu dengan Yang Maha Terkasih, Allah Azaawjalla. Wallahulmusta’an.

MUTIARA HADITS
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: “barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia menyakiti tetangganya, Dan hendaklah engkau sekalian melaksanakan wasiatku untuk berbuat baik kepada para wanita. Sebab mereka itu diciptakan dari tulang rusuk dan tulang rusuk yang paling bengkok ialah yang Paling atas. Jika engkau meluruskan-nya berarti engkau mematahkannya dan jika engkau membiarkannya, ia tetap akan bengkok. Maka hendaklah kalian melaksanakan wasiatku untuk berbuat baik kepada wanita.” (Muttafaq Alaihi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar