TIDAK dapat dielakkan lagi! Sudah jatuh cinta. Jadi bagaimana? Ya, remaja dan cinta-dua perkara yang bagaikan sudah menyatu. Kisah suka duka-duka cinta remaja sering menjadi ilham para penyair. Rasa itu diubah menjadi bait-bait lirik dan alunan pencipta lagu. Menjelma menjadi untaian kata para penyajak.
Habis segala ciptaan tuhan dijadikan untuk melukiskan metafora dan analogis. Embun, pelangi, salju, bulan dan bintang semuanya dijadikan lambang bagi memuja kekasih. Tidak percaya? Dengarlah lagu yang dialunkan melalui radio atau MP3. . . hampir 80 persen adalah lagu cinta.
Begitulah eratnya remaja dan cinta, hingga kita seolah-olah tidak dapat lagi membayangkan adanya hubungan remaja dengan yang lain, selain cinta. Seolah-olah remaja tidak ada hubungan dengan iman, remaja dengan perjuangan, remaja dengan dakwah, remaja dengan keusahawanan, remaja dengan kepemimpinan dan sebagainya. Yang ada hanya hubungan remaja dan cinta!.
Ya, perubahan biologi dan psikologi di alam remaja, menyebabakan mereka pengembara alam cinta yang serba baru dan indah. Terkadang rasa cinta berbutik melalui perkenalan dengan rekan sekelas, teman sepengajian, atau cinta pandangan pertama, sewaktu sama-sama menunggu angkutan umum, ketika hujan rintik-rintik. Aduh, romantisnya. Begitu yang selalu yang kita dengar ketika cinta pertama diungkapkan.
Ketika disebut cinta, terbayang Romeo yang sanggup mati karena Juliet, Cleopatra yang sanggup bunuh diri karena Mark Anthony, atau Qais yang sanggup menjadi majnun karena terpisah dengan Laila. Itulah deretan kisah cinta rekaan dan khayalan. Namun rilnya juga tidak kurang hebat. Banyak remaja yang sanggup meninggalkan ibu dan bapaknya karena mengikuti kekasih hati.
Kata pantun: “Nasi lemak buah bidara, sayang selasih hamba lurutkan, buang emak buang saudara, karena kasih hamba turutkan”. Malah ada yang sanggup menukarkan agama untuk memiliki cinta. Ah, manusia tanpa cinta, mungkin bagaikan bumi tanpa mentari. Kalau kita menonton film India . . . kadang-kadang cinta dinobatkan sebagai ‘Tuhan’. . .Segala-galanya karena cinta (Mere mohabbat he!)
Rasa cinta masuk kedalam jiwa tanpa diundang dan diminta. Keinginan itu tidak susah untuk dipelajari dan dicari. Lelaki inginkan cinta wanita dan begitulah sebaliknya. Walaupun kadang kala ia coba dilawan, namun rasa yang ajaib itu datang juga. Tidak kuasa hati menolaknya. Apalagi cinta itu disuburkan, maka makin subur dan menggila jadinya. Bila cinta mencekam diri, makan tak kenyang tidur tak lena.
Bijak pandai pernah mengingatkan, “Jangan diajak berbincang tiga golongan manusia. Pertama, yang sedang lapar, kedua yang sedang sakit dan ketiga sedang mabuk cinta.” Kenapa? Orang yang lapar hanya memikirkan perutnya. Orang yang sakit, sedang derita menanggung sakitnya, orang yang bercinta, hanya memikirkan orang yang dicintainya. Dia seolah-olah ‘mabuk’ dan sedang berada dialam yang lain.
Orang tampak dia tetapi dia tidak tampak orang . . ..Anda pernah bertemu dengan sepasang kekasih di stasiun kereta api atau bis atau di mana saja? Semua orang malu melihat gelagat keterlaluan mereka, tapi mereka tidak sadar diri.
Coba bayangkan . . .sedemikian indah dan damainya surga, namun Nabi Adam a.s., terasa begitu sepi dan inginkan teman. Lalu Allah swt., ciptakan Siti Hawa sebagai pasangan untuk dicintainya. Dan kita anak cucu pewaris rasa cinta itu, akan senantiasa rasa terpisah dan gelisah selagi tidak bersama dengan yang dicintai. “Rasa cinta pasti ada. . . pada makhluk yang bernyawa,” demikian kata dalam lirik lagu. Wallahul Musta’an
MUTIARA HADITS
Rasullah saw dari Nabi saw telah berkata:”Tidak sempurna iman seseorang diantaramu hingga mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri”. (Bukhari-muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar